Life is so beautiful.....! Keep shining, keep smiling, keep glowing, keep loving, keep praying. And Be wise in everything...
Wednesday, September 9, 2009
Yesus dalam Narasi Islam
sumber: http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=82714
Oleh: Ismail Amin (Mahasiswa Mostafa International University Republik Islam Iran)
Adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, Yesus as adalah tokoh yang kelahiran dan kehidupannya telah menciptakan gelombang gerakan kemanusiaan yang luar biasa.Ia termasuk yang disebut Thomas Carlyle sebagai 'pencipta' sejarah. Seorang tokoh teladan kemanusiaan yang sangat penting keberadaannya dalam tradisi Kristiani dan Islam.
Geoffrey Parrinder, seorang Kristiani, ahli teologi Islam di Oxford University, Inggris, menulis sebuah buku yang sangat unik dan menarik berjudul Jesus in The Qur'an (Oxford: Oneworld, 1995).
Kajian Geoffrey Parrindar dalam bukunya menunjukkan bahwa Yesus merupakan salah satu dari sekian nabi yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dan terhormat dalam Islam. Yesus dalam Alquran disebut 'Isa. Nama Yesus berasal dari perkataan bahasa Syiria, Yeshu' , dan dalam bahasa Arab menjadi 'Isa.
Di dalam Alquran terdapat tiga surat yang berkaitan dengan Isa, yaitu: surat Al Imran, Al Maidah, dan Maryam. Nama Isa disebut sebanyak 35 kali, dan umumnya turun pada surat-surat Madaniyah, sedangkan sebutan tidak langsung namun berkaitan dengan 'Isa sebanyak 93 kali di dalam 15 surat.
Alquran memberikan sejumlah gelar kehormatan kepada 'Isa as, setidaknya tiga gelar utama, yaitu: nabi, al-Masih dan Anak Maryam. Dia seorang nabi karena memiliki kuasa (eksousia) sehingga mampu memperlihatkan mukjizat sebagai tanda atas kenabiannya.
Patut disayangkan, meskipun tercatat sebagai nabi, apresiasi umat Islam terhadap tokoh ini teramat minim, bahkan sebagai sosok yang asing. Yesus seakan-akan hanya 'milik' umat Kristiani.
Kita sering lupa bahwa semua nabi adalah bersaudara dan mereka membawa misi tauhid. Apalagi di dalam rukun iman umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada kitab suci dan nabi-nabi sebelum Islam.
Dalam teologi Islam, Yesus memiliki status khusus sebagai salah satu nabi ulu' al-'azm, lima nabi utama dengan sejumlah keistimewaan, yang patut dihargai dan dihormati. Alquran menyediakan informasi yang mendetail tentang tahap-tahap kehidupan Yesus (as), dari kelahirannya,
perjalanan dakwah tauhidnya, proses pengangkatannya ke haribaan Allah, kemunculannya kembali dan kematiannya. Dalam Alquran, banyak terdapat ayat yang menggambarkan penghormatan yang begitu tinggi terhadap Yesus. Dalam surah Ali-Imran ayat 45, Yesus digambarkan sebagai sebuah Kalimat dari Allah.
Tentu saja penafsiran logos dalam teologi Kristen berbeda dengan penafsiran kalimat di kalangan umat Islam. Islam menyebut Yesus sebagai kalimat Allah justru untuk menegaskan statusnya sebagai nabi.
Karena statusnya tinggi sebagai nabi, Yesus menjadi manifestasi sempurna dari Allah, orang yang menyampaikan pesan Allah, yang berkata atas nama Allah dan karenanya menjadi Kalimah Allah, bukan Allah itu sendiri yang berinkarnasi.
Dalam penafsiran lain, Ia diciptakan langsung dengan kalimat Allah yakni "Kun" maka terciptalah ia, tanpa melalui proses pencampuran sperma dan sel ovum sebagaimana kebanyakan kelahiran manusia pada umumnya.
Selain digelari 'Kalimat Allah', Yesus juga disebut sebagai 'Ruh Allah'. Allah swt berfirman: "Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan) dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya"(4:171).
Ruh adalah simbol paling nyata tentang eksistensi Tuhan. Karena itu, mungkin ini menjadi alasan bagi kalangan Kristen menganggap Yesus memiliki sifat ketuhanan.
Sedangkan –mengutip bahasa Muhsin Labib- teologi Islam memahaminya sebagai ruh yang telah dibersihkan sedemikian rupa sehingga menjadi cermin yang dengannya Tuhan dikenal.
Ibnu al-'Arabi, dalam The Bezels of Wisdom (Fushus al-Hikam) mengatakan, "Biara menjadi suci bukan karena kesucian dalam bangunannya, tetapi karena ia merupakan tempat menyembah Tuhan".
Gelar yang lain kepada 'Isa ialah al-Masih (messias, mashiah, kristus), yang arti harfiah ialah "diurapi". Sebelum Islam datang kata al-Masih memang sudah dikenal di Arabia bagian selatan.
Di dalam Alquran sebutan al-Masih disebutkan sebanyak 11 kali, semuanya dalam surat Madaniyah. Di dalam bahasa Ibrani kata mashiah digunakan untuk mengacu pada seorang juru selamat yang dinanti-nantikan. Kata itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Kristos.
Jadi, nama Isa al-Masih adalah identik dengan Yesus Kristus. Bisa juga kata al-masih dikaitkan dengan kata masaha dalam bahasa Arab, artinya membasuh atau menyucikan.
Gelar lain yang sering disebut di dalam Al Quran ialah Anak Maryam ('Isa Ibn Maryam). Kisah kelahiran 'Isa Ibn Maryam dijelaskan dua kali secara rinci dalam Alquran. Memang para malaikat memberi tahu Maryam akan kedatangan sebuah kalimah (perkataan atau logos) dari Tuhan 'yang bernama al-Masih" (Q. 3:45).
"Anak Maryam dan ibunya" dikatakan telah dipilih sebagai tanda karena ia memberikan keterangan dan bukti-bukti tentang Tuhan (Q. 2: 87, Q. 23:50, Q. 43:63).
Seorang pakar tafsir modern, Baidawi, mengatakan bahwa gelar Anak Maryam dipakai untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa 'Isa dilahirkan dan merupakan anak manusia, bukan anak Tuhan sebagaimana dalam doktrin Kristen.
Keistimewaan lainnya, nama Al-Masih Isa putra Maryam adalah pemberian langsung dari Allah SWT, tidak sebagaimana kelahiran anak pada umumnya, anggota keluarganyalah yang memberi nama. Allah berfirman : "(Ingatlah) ketika Malaikat berkata,
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)." (Qs. Ali Imran: 45)
Menyoal Natal
Dari sini, umat Kristiani kiranya perlu mencatat bahwa umat Islam menerima Yesus sebagai juru selamat, bersama seluruh nabi lainnya. Karena fungsi kenabian adalah menyelamatkan umat manusia dari belenggu-belenggu yang memasung pundak-pundak mereka.
Yesus (as) pada masanya sebagaimana Muhammad yang diutus di akhir zaman adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Alquran menyebutnya sebagai "sebuah tanda bagi alam semesta" (Q. 21:91) dan dia diutus "untuk Kami jadikan tanda bagi manusia" (Q. 19:21).
Karenanya, perayaan Natal semestinya tidak dipandang hanya sebagai hari raya kelahiran Yesus sebagai putra Tuhan Bapak sesuai teologi Kristen semata, sehingga tidak terkesan hanya milik umat Kristiani saja.
Melainkan juga perlu dipandang dan ditradisikan sebagai hari raya kelahiran Yesus, Nabi Isa (as) Sang Kalimat dan Ruh Allah, sebagaimana diyakini umat Islam.
Dalam teologi Islam, wajib mengimani keseluruhan nabi tanpa memilah-milah. Bagi saya penggalan do'a Yesus, "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan kembali." (Qs. 19 : 33) menunjukkan hari kelahirannya adalah sesuatu yang patut dihargai.
Bahwa kemudian Nabi Isa "dijadikan" Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah suatu hal yang lain lagi, yang tidak mengurangi arti ucapan Yesus itu. Artinya, Natal (hari lahir Yesus) diakui oleh kitab suci Alquran sebagai hari yang mulia, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau harus dihormati oleh umat Islam juga.
Kalau Yesus (as) dan pengikutnya menjadikan hari turunnya hidangan dari langit buat mereka sebagai hari raya (baca Qs. 5 : 114) maka hari dimana nabi dilahirkan yang diutus Tuhan untuk menyajikan hidangan akal dan ruhani yang menyelamatkan manusia maka lebih patut lagi untuk dijadikan hari raya.
Maka secara pribadi, tidak ada ganjalan psikologis sedikitpun untuk turut merayakan Natal sebagaimana penulis yakini tentang Yesus sebagai salah satu Nabi Allah, yang tentu saja dalam bentuk dan maksud yang berbeda.
Makna perayaan hari besar suatu agama tidak mesti bertempat pada kuatnya akurasi hitungan hari dan tanggal, tapi bagaimana merevitalisasi makna-makna di balik perayaannya.
Karenanya, tidak perlu berlarut-larut mempersoalkan 25 Desember yang diyakini kaum Kristiani sebagai hari kelahiran Yesus, kalaupun umat Islam tidak menerimanya, izinkan mereka mengekspresikan keyakinan mereka, bagi mereka amal mereka, bagi kita amal kita. Selamat atas kelahiran Yesus Kristus (as).
Wallahu'alam bishshwwab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment