Bila Anda pernah belajar psikologi atau manajemen tentu Anda tahu bahwa salah satu teori motivasi yang favorit adalah teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow (1908 – 1970), yang dikenal juga sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
Kebutuhan paling dasar, yaitu Kelangsungan Hidup mencakup penghasilan, makanan dan minuman, seks, tempat bernaung dan sebagainya. Ini merupakan kebutuhan-kebutuhan dasar atau jasmaniah yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku kita sehingga apabila tak terpenuhi akan membuat kita merasa tidak nyaman dan tenteram bahkan bisa sakit.
Dalam kenyataan hidup, jika kita melihat sekitar dan sekeliling kita; di mana korupsi merajalela baik di kalangan eksekutif, judikatif, dan legislatif, dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi prioritas hidup kebanyakan kita hanyalah pada kebutuhan kelangsungan hidup tersebut.
Sungguh suatu keadaan yang sangat memprihatinkan dan ironis untuk suatu negara. Akan ke mana bangsa kita ini dibawa? Akan sia-siakah pengorbanan para pahlawan kemerdekaan kita yang telah mengorbankan nyawa mereka dalam membebaskan bangsa kita dari penjajahan? Akan punahkah cita-cita kemerdekaan bangsa kita?
Murid-murid Kristus dipanggil untuk meninggalkan profesi penjala ikan menjadi penjala manusia bahkan yang setiap hari mendengar pengajaran dan khotbah Yesus serta menyaksikan mujizat-mujizat yang terjadi, tetap juga masih mengutamakan pemenuhan kebutuhan jasmaniah sebagai prioritas hidup. Peristiwa tersebut dicatat oleh penginjil Yohanes ketika mereka mengunjungi daerah Samaria,”Murid-muridNya telah pergi ke kota membeli makanan.” (Yohanes 4:8).
Tidak demikian dengan Yesus, ketika murid-muridnya kembali membawakan dan mengajak-Nya makan, Yesus menjawab,”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yohanes 4:34).
Itulah prioritas hidup Yesus, melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya yang melampaui semua hierarki kebutuhan Maslow! Apakah yang dilakukan Yesus di Samaria sementara murid-murid-Nya mencari makanan?
Di Samaria, di tepi sumur; bukan dalam gedung gereja yang puluhan miliar biayanya; Yesus memulihkan hidup seorang anak manusia yang hidupnya telah hancur luluh dan berantakan. Hidup seorang anak manusia yang telah menjadi sampah masyarakat, tidak diterima dan ditolak oleh lingkungan maupun didirinya sendiri!
Di tepi sumur dalam percakapan pribadi, bukan dalam suatu Kebaktian Kebanguan Rohani yang dimeriahkan oleh para penyanyi pilihan Indonesian Idol; Yesus memulihkan hidup seorang wanita yang beragama dan mengenal Yahweh serta menantikan kedatangan Mesias, namun telah lima kali kawin cerai dan yang sekarangpun tinggal bersama dengan pria lain tanpa nikah.
Itulah sebabnya ia pergi ke sumur untuk menimba dan mengambil air ia datang di tengah hari bolong saat matahari besinar terik Bukan pada waktu pagi hari ketika matahari baru terbit dan sinarnya belum terik atau petang hari menjelang matahari terbenam dengan sinarnya yang redum. Ia tidak berani bertemu orang lain di sumur tersebut karena pasti akan dilempar batu atau paling sedikit digosipin!
Suatu kehidupan yang sangat menyakitkan seperti yang diungkapkan oleh Edmund White, novelis Amerika yang terkena AIDS; yang walaupun terkenal namun merasa dirinya ditolak. Ketika White berusia 7 tahun orang tuanya bercerai dan dalam keluarganya terjadi hubungan sumbang (incest) berungkap ”These rejections hurt me terribly because I felt it was my life that was being rejected.”
Dalam kenyataan hidup, jika kita melihat sekitar dan sekeliling kita; tidak sedikit orang yang mengalami penolakan seperti wanita Samaria tersebut dan Edmund White! Entah karena kegagalan moral atau karena warna kulit serta status sosial mereka!
Semuanya butuh pemulihan! Tiada dosa yang terlalu besar yang tak dapat diampuni oleh kasih karunia Tuhan.
Kepada murid-murid-Nya yang datang membawakan makanan Yesus berkata: ”Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? tetapi Aku berkata kepadamu: lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” (Yohanes 4:35).
Mengingatkan murid-murid-Nya dan kita sebagai pengikut-pengikut Kristus bahwa prioritas hidup kita bukanlah sekadar memenuhi kebutuhan dasar jasmaniah untuk kelangsungan hidup seperti kebanyakan orang disekitar kita menurut hirarki kebutuhan Maslow. Prioritas hidup kita seharusnya meneladani Yesus yang berkata:” MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.”
Jikalau pada tahun yang lalu prioritas hidup kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar kelangsungan hidup. Marilah ditahun ini kita mengubah paradigma prioritas hidup kita dengan melihat sekeliling kita dan mulai melakukankan langkah-langkah awal secara pribadi dan proaktif untuk membawa pemulihan pada orang-orang sekitar kita, orang-orang yang ditolak oleh lingkungan bahkan diri mereka sendiri.
Billy Graham, penginjil yang telah membawa jiwa terbanyak dalam sejarah penginjilan dunia berkata: “Man has two great spiritual needs. One is for forgiveness. The other is for goodness.” Negara dan bangsa kita membutuhkan orang-orang beriman yang memiliki prioritas hidup yang melampaui semua hirarki kebutuhan Maslow! Adakah anda salah seorang daripadanya?
No comments:
Post a Comment